San Antonio-class amphibious transport dock

San Giorgio-class amphibious assault ship

Balikpapan-class landing craft heavy

Guided missile destroyer

Kapal perusak berpeluru kendali adalah sejenis kapal perusak yang dirancang dapat meluncurkan peluru kendali. Beberapa jenis lainnya dilengkapi juga dengan senjata anti kapal selam, anti pesawat terbang dan anti kapal. Di Angkatan Laut Amerika Serikat, kapal dari jenis ini memiliki kode DDG.
Kapal perusak berpeluru kendali dilengkapi dengan dua buah sistem peluncur peluru kendali, umumnya Sistem Peluncur Vertikal. Beberapa kapal perusak memiliki sistem radar canggih seperti ( Aegis Combat System ) sistem pengawasan perang.

Destroyer

Kapal perusak atau destroyer merupakan kapal perang yang mampu bergerak cepat serta lincah bermanuver. Fungsi kapal perusak adalah memproteksi armada kapal perang yang berukuran lebih besar seperti kapal induk (carrier) atau capital warship {kapal tempur (battleship) atau kapal penjelajah (cruiser)} dari ancaman serangan peralatan perang yang lebih kecil seperti kapal terpedo, kapal selam atau pesawat terbang.
Sebelum Perang Dunia II, kapal perusak merupakan kapal perang ringan yang tidak memiliki ketahanan untuk beroperasi di laut lepas, sehingga harus beroperasi secara berkelompok; selama dan setelah perang; kapal perusak menjadi kapal yang mandiri dan tonasenya serta perannya semakin bertambah, terutama ketika cruiser menjadi sangat berperan pada tahun 1950 and 60-an.
Pada awal abad ke-21, kapal perusak menjadi kapal perang permukaan terberat dengan fungsi yang sangat umum, hanya empat negara (Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan Peru) yang mengoperasikan cruiser (kapal yang lebih besar) dan tidak ada lagi negara yang mengoperasikan battleship. Kapal perusak modern memiliki tonase yang hampir sama dengan cruiser masa Perang Dunia II, tetapi secara persenjataan sudah sangat superior bahkan mampu mengangkut misil nuklir yang mampu menghancurkan sebuah kota dalam waktu singkat.

Sejarah

Sejarah perkembangan kapal perusak dimulai dari revolusi industri pada pertengahan abad ke-19 yang telah mengevolusikan kapal layar menjadi kapal bermesin uap. Pada tahun 1897, seorang insinyur muda bernama Charles Parsons membuat AL Inggris tercengang dengan penemuan turbin uapnya. Penemuan ini sangat revolusioner dan bermanfaat sekali untuk meningkatkan kemampuan kapal perang. Di bidang persenjataan, juga terjadi revolusi akibat munculnya torpedo. Seorang Inggris yang berkarya di Italia, Robert Whitehead menemukannya pada tahun 1866.
Kemunculan torpedo telah memunculkan konsep kapal perang baru, yaitu kapal torpedo. Karena sangat lincah dan bentuknya kecil, maka kapal cepat ini menjadi ancaman nyata bagi kapal-kapal perang besar. Kapal tempur (battleship) misalnya, dengan tubuhnya yang besar dan meriam-meriam besarnya, terlalu lamban untuk menghadapi kapal sekecil itu.
Oleh sebab itu untuk melindungi kapal-kapal perang besar dari serangan kapal torpedo, dirancanglah kapal perang lebih kecil yang lincah dengan memiliki beraneka kaliber senjata yang dapat menembak cepat. Maka muncullah si perusak kapal torpedo (torpedo boat destroyer). Lama-lama namanya disederhanakan menjadi destroyer saja atau kapal perusak.

Perkembangan kapal perusak

Evolusi desain kapal perusak terjadi tatkala Perang Dunia I meletus. Pada masa itu muncul ancaman dari kapal selam U-Boat bagi armada kapal perang. Akibatnya mau tak mau kapal perusak harus dilengkapi senjata penangkal kapal selam. Senjata yang dimaksud tak lain berupa bom dalam (depth charges) serta sonar untuk mengetahui posisi kapal selam lawan.
Perubahan kapal perusak kembali terjadi dalam Perang Dunia II. Lagi-lagi disebabkan oleh arsenal baru yang dilibatkan. Kali ini lawan tangguh muncul dari udara, pesawat terbang. Sekali lagi ada tipikal senjata baru berupa kanon antipesawat mesti dijejalkan. Akibat penambahan arsenal, berarti dimensi luas dek maupun bobot kapal bakal melonjak. Efeknya, destroyer menjelma menjadi kapal penjelajah (cruiser).
Perubahan kelas itu tidak menjadi masalah bagi angkatan laut yang berencana membangun kapal perusak baru. Tetapi untuk armada kapal yang sudah operasional tentu menjadi masalah. Solusi singkat didapat dengan mengadopsi meriam fungsi ganda (dual purpose canon). Meriam ini selain bisa digunakan untuk menghantam target permukaan, ia bisa pula dipakai merontokkan pesawat. Ciri khas meriam ini adalah kecepatan tembak (rate of fire) lebih tinggi daripada meriam anti kapal (satu fungsi/single purpose).

Pengawal kapal induk

Pasca Perang Dunia II, kapal perusak merupakan salah satu kapal yang terhindar dari kepunahan. Ini lantaran dengan biaya operasional lebih rendah daripada battleship, ia sudah bisa dipakai menangkal ancaman multidimensi. Permukaan, bawah permukaan, serta atas permukaan, semuanya bisa diatasi kapal perusak.
Berakhirnya perang dunia juga menandai munculnya trend baru dalam strategi pertempuran laut. Untuk menghantam target jarak jauh (over horizon target), meriam-meriam kaliber raksasa battleship sekarang tidak lagi sakti. Perannya digantikan oleh pesawat-pesawat tempur yang berbasis di kapal induk. Taktik perang maritim modern model ini sering dinamakan gugus tugas carrier battle group. Kapal perusak sendiri menjadi bagian dalam gugus tugas ini.
Menanggapi terobosan tadi, AS pernah berusaha untuk meracik kapal perusak varian baru, spesialis pengawal kapal induk. Kapal berbobot di atas 3.500 ton yang selesai tahun 1953-54 ini masuk ke dalam kelas Mitscher. Berbeda dengan kapal sejenis sebelumnya, Mitscher hanya mencomot arsenal yang tergolong ringan. Sebut saja diantaranya sepasang meriam otomatik dual purpose kaliber 127 mm, sepasang meriam ganda kaliber 75 mm, torpedo, hingga roket antikapal selam, Alfa. Untuk menghalau musuh yang lebih kuat, kapal perusak ini bergantung pada perlindungan pesawat tempur milik kapal induk.

Visby-class corvette

PR-72P-class corvette

Durango-class patrol vessel

Freedom class littoral combat ship

Milgem-class corvette

Flyvefisken class patrol vessel

Helsinki class missile boat

Hamina class missile boat

River class patrol vessel

Valour-class frigate

Fridtjof Nansen-class frigate

Formidable-class frigate

Álvaro de Bazán-class frigate

Murasame-class destroyer

JDS Murasame in Pearl Harbor
Class overview
Name: Murasame class destroyer
Builders: IHI Tokyo Shipyard and Marine United
Operators:  Japan Maritime Self-Defense Force
Preceded by: Asagiri-class destroyer
Succeeded by: Takanami-class destroyer
Built: 1993–2000
In commission: 1996–
Planned: 14
Completed: 9
Cancelled: 5
Active: 9
General characteristics
Type: Destroyer
Displacement: 4,550 tons standard 6,100 tons full load
Length: 151 m
Beam: 17.4 m
Draft: 5.2 m
Propulsion: 2 × Ishikawajima Harima LM-2500 gas turbines
2 × Kawasaki Rolls Royce Spey SM1C gas turbines
60,000 shp (45 MW)
2 shafts
Speed: 30 knots ( 56 km/h)
Complement: 165
Armament: • SSM-1B SSM
• VLS Mk 48 (16 cells)
  • Evolved Sea Sparrow SAM
• VLS Mk 41 (16 cells)
  • RUM-139 VL ASROC
• 1 × 76 mm 62cal rapid fire gun (OTO Melara 3)
• 2 × 20 mm CIWS
• 2 × Type 68 triple torpedo tubes
Aircraft carried: 1 × SH-60J(K) anti-submarine helicopter

Luhai Type 051B destroyer

Luda Type 051 destroyer

Charles de Gaulle class aircraft carrier

Career (France)
Name: Charles de Gaulle (R91)
Namesake: Charles de Gaulle
Ordered: 3 February 1986
Builder: DCNS
Laid down: 14 April 1989
Launched: 7 May 1994
Commissioned: 18 May 2001
In service: Active Service (As of 2013)
Renamed: Laid down as Richelieu, renamed Charles de Gaulle in 1987
Homeport: Toulon, France
Nickname: CDG
Honours and
awards:
Jack with the colours of the Free French Forces (front) and the ribbon of the Ordre de la Libération (back)
Fate: Active in service as of 2013
General characteristics
Class & type: Unique aircraft carrier
Displacement: 37,085 tonnes (standard)
42,000 tonnes (full load)
Length: 261.5 m overall
Beam: 64.36 m overall
Draught: 9.43 m
Propulsion: 2 × K15 pressurised water reactors (PWR), 150 MW each
4 × diesel-electric
2 × shafts
Speed: 27 knots (50 km/h)
Range: Unlimited distance; 20-25 years
Endurance: 45 days of food
Capacity: 800 commandos, 500 tonnes of ammunitions
Complement: Ship's company: 1,350
Air wing: 600
Sensors and
processing systems:
DRBJ 11 B tridimensional air search radar
DRBV 26D air search radar
DRBV 15C low altitude air search radar
Arabel target acquisition radar
Electronic warfare
& decoys:
ARBR 21 Detector
ARBB 33 Countermeasures suite
ARBG2 MAIGRET Interceptor
4 × Sagaie decoys launcher
SLAT (Système de lutte anti-torpille) torpedo countermeasures
Armament: 4 × 8 cell A-43 Sylver launchers carrying the MBDA Aster 15 surface to air missile.
2 × 6 cell Sadral launchers carrying Mistral short range missiles
8 × Giat 20F2 20 mm cannons.
Aircraft carried: 28 – 40 aircraft, including
* Rafale M
* Super Étendard
* E-2C Hawkeye
* SA365 Dauphin
* EC725 Caracal
* AS532 Cougar

Spanish ship Juan Carlos I

Wasp-class amphibious assault ship